
Jika kita memahami
kalimat bijak yang mengatakan bahwa kewajiban lebih banyak daripada waktu yang
kita miliki, seharusnya kita menyadari untuk segera berbenah dan tidak
lagi membuang waktu dan melakukan hal yang sedikit manfaatnya, apalagi perkara
yang sia-sia. Andaikan ada di antara manusia yang benar-benar mampu
memanfaatkan waktunya dengan sangat baik, sungguh dia pun masih kekurangan
waktu untuk bisa menjadi lebih baik lagi.
Maka sungguh
seriuslah bila Allah SwT bersumpah dalam Alquran demi seluruh waktu dalam 24
jam. Sumpah Allah SwT tentang waktu tersebar di beberapa ayat Alquran, yaitu
demi waktu fajar, shubuh, dhuha (pagi), siang, ashar (sore), dan waktu malam.
Ini semua menggambarkan betapa pentingnya setiap waktu bahkan setiap detik yang
telah, sedang, dan akan kita jalani dalam hidup kita. Seharusnya kita selalu
mengingat, bahwa tiada 1 detikpun waktu yang kita jalani di dunia ini, kecuali
akan dipertanggungjawabkan di suatu hari yang pasti akan datang menemui setiap
manusia yakni hari Akhirat.
Pertanyaannya
adalah sudah siapkah kita untuk menjawab semua yang akan ditanyakan nantinya?
Coba kita renungkan bersama masa lalu kita, kalau mau jujur, tentunya kita
masih sangat kurang dari nilai tertinggi yang seharusnya bisa kita capai. Namun
karena kemalasan dan hawa nafsu kita, akhirnya membuat kita tidak melakukan
hal-hal berkualitas.
Jika berusia 60
tahun, maka 20 tahun lamanya pekerjaan manusia hanyalah tidur bagi yang dalam
sehari tidurnya 8 jam. Jika nonton TV 2 jam sehari maka 10 tahun kegiatan kita
dalam hidup ini hanyalah nonton TV, jika minimal 2 jam waktu yang kita gunakan
untuk sms-an, bbm-an, chatting, browsing, dll (termasuk ngobrol) yang tidak
bermanfaat, maka akhirnya sudah 50% hidup kita tidak menghasilkan apa-apa.
Apalagi jika sisa waktu yang digunakan tidak digunakan dengan sungguh-sungguh,
shalat tidak khusyu’ dan terburu-buru, doa tidak serius, bahkan bekerja mencari
nafkah pun lamban dan malas-malasan.
Lalu amal unggulan
apa yang akan kita persembahkan untuk Allah SwT di hari akhirat nanti? Lalu
pantaskah kita meminta syafaat Nabi Muhammad Saw, jika kita hanya mengandalkan
wirid shalawat dari lisan yang tidak khusyu’ hatinya, yang pada akhirnya
terbukti tidak banyak melakukan sunnah Nabi dalam kehidupan? Astaghfirullah...
Ya Allah ampuni yang kami selama ini lalai dari amal-amal terbaik. Istighfar!
ya... kita harus perbanyak istighfar, baik lisan maupun perbuatan. Apa maksud
istighfar perbuatan? Yaitu menyesali kesalahan masa lalu, berjanji tidak
mengulanginya seumur hidup, dan dibuktikan dengan berbuat lebih baik di masa kini
dan seterusnya, untuk prestasi masa depan, baik di dunia maupun di akhirat.
Semoga Allah SwT menghapus semua amal buruk kita, dan menggantikannya dengan
amal-amal terbaik yang dilipatgandakan nilainya dengan Rahmat NYA Yang Maha
Luas. Mulai kapan? Ya... mulai sekarang juga, jangan ditunda lagi, OK? (AAK)
ingin ngobrol dengan saya ? follow twitter saya di @alif_ABaTa
ingin ngobrol dengan saya ? follow twitter saya di @alif_ABaTa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar